Bedah Rumah

Beberapa hari yang lalu, di sebuah warung kopi tempat dimana saya bersosialisasi dengan lingkungan, seperti biasa terjadi obrolan ringan ngalor ngidul dengan bermacam topik.

Malam itu, di sebuah stasiun televisi disiarkan acara “Bedah Rumah”. Mungkin sudah pada pernah nonton kan?

Seorang penikmat kopi tiba2 nyeletuk, “Ah, itu mah gak sebagus yang di TV. Tetangga saya rumahnya pernah di bedah juga. Dindingnya dari GRC, nge-catnya tidak rata”, dan beragam kalimat lain ini itu … Ini itu, yang intinya di mata dia (mungkin) tidak ada yang sempurna.

Awalnya saya hanya terdiam dan mendengarkan segala ocehannya. Tapi pada suatu titik saya sudah tidak tahan lagi, karena begitu banyaknya komentar dia tentang acara itu dan tak satupun yang bermuatan positif.

Sontak saya pun berkomentar.

“Ya tapi tetap aja rumahnya jauh lebih bagus dan lebih layak huni dari rumah sebelumnya toh?

Dari yang dinding awalnya hanya berupa anyaman bambu, lantai dari tanah, tempat tidur tanpa kasur, gak ada TV, gak ada plafon, setelah di bedah … Banyak perbedaan yang muncul.

Dan pastinya, yang ketiban rejeki bedah rumah pastilah sangat terbantu. Karena untuk renovasi rumah yang katanya cuman begitu, diperlukan biaya yang gak murah. Apalagi yang tingkat ekonominya sangat rendah, jangankan benerin rumah, beli kasur aja kadang tidak mampu.

Dan namanya juga acara TV, yang pastinya memikirkan profit juga. Jadi gak mungkinlah, mereka bedah rumah dengan bata merah atau batako. Pasti memakan waktu yang lama untuk itu, dan pastinya akan jadi beban produksi.

Dan apapun itu, saya tetap salut dengan yang punya acara ini. Terlepas dari mereka juga mencari keuntungan, tapi setidaknya ada pihak lain yang terbantu.

Daripada kita? Yang cuman ngomong doang. Emang dengan cuman begini, kita bisa bantu orang gitu?”

Saya hisap rokok putih ditangan dengan sesekali menyeruput kopi hitam di cangkir yang masih setengah.

Beliau yang awalnya nyerocos mulu, pun akhirnya terdiam sambil matanya menatap tajam ke layar TV.

Entah apa yang dipikirkannya, atau mungkin dia tersinggung dengan komentar saya … Ahhhh masa bodoh lah.

Karena menurut saya, jika bisa berbuat sesuatu buat orang lain maka lakukan saja … Tapi jika tidak, mendingan diam.

*sighhh ….

One Comment

Leave a Reply to Shantell Vanhorne Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *