Perlukah Brand Mengelola Semua Social Media yang Ada?

Yang namanya social media, jumlah dan jenisnya cukup banyak. Twitter, facebook, instagram, path, google plus, youtube adalah beberapa nama yang pastinya sudah akrab di telinga kita. Belum lagi ada “makhluk lain” yang bernama pinterest, vine, viddy, mindtalk, linkedin dan masih banyak lagi kroni-kroninya di luar sana.

Pertanyaannya adalah perlukah kita sebagai Brand mengelola semuanya? TIDAK!!!

Dengan jumlah sebanyak itu dan semakin hari semakin bertambah, mengelola semuanya akan membutuhkan resource baik itu SDM maupun dana yang tidak sedikit. Betul?

Tapi bukan itu alasan sebenarnya.
Sebelum memutuskan social media mana yang akan dikelola/dimanfaatkan, Brand manager atau Brand Owner harus tahu betul siapa targetnya, dimanakah mereka berada dan bagaimana karakteristik tempat bermainnya mereka.

Statistik, demographic, insight, karakteristik dan semua hal yang berkaitan dengan sebuah platform social media harus benar-benar diketahui dan dipahami sebelum berbicara tentang rencana dan strategi pemanfaatannya.

Dengan pemilihan social media yang tepat dan memanfaatkan dengan cara yang tepat akan menghasilkan peluang yang sangat besar untuk menciptakan Brand awareness, brand engagement, brand conversation serta online PR.

***
Social media apa yang cocok untuk dimanfaatkan oleh sebuah Brand di Indonesia? Kembali ke awal: kenali siapa targetnya, dimana dan bagaimana karakteristik tempat bermainnya?

Berdasarkan statistik, Indonesia adalah pengguna twitter terbesar ke-5 dan pengguna facebook terbesar ke-4 di dunia.
Demikian juga dengan instagram dan youtube yang semakin banyak “penggemarnya” di Indonesia.

Dengan fakta tersebut diatas, bisa disimpulkan bahwa di keempat platform social media itulah sebagian besar atau bisa dibilang hampir semua pengguna di Indonesia berkumpul. Sehingga keempatnya saat ini adalah pilihan yang tepat untuk dikelola dan dimanfaatkan secara tepat dan maksimal oleh sebuah Brand.

Bagaimana dengan PATH? Saat ini Path memang semakin populer di Indonesia. Tapi apakah Brand bisa memanfaatkannya?

Tidak. Karakteristik dari Path-lah yang membuat sebuah Brand tidak bisa masuk kesana. Jumlah teman yang dibatasi hanya 150 orang, membuat jangkauannya sangat terbatas. Apa iya untuk engage dengan 1.500 orang saja, sebuah Brand harus mengelola 10 akun Path? Mustahil kan?

Bagaimana dengan Google plus, pinterest, Vine dan lainnya? Sampai hari ini belum ada data pasti yang menunjukkan bahwa cukup banyak pengguna yang berasal dari Indonesia. Bahkan untuk Google plus, Google sendiri tidak pernah menjawab dengan pasti ketika ditanya mengenai user statistic-nya, khususnya untuk Indonesia.

Kalau begitu, apakah Brand harus “memaksakan diri” untuk mengelolanya? Silakan dijawab 🙂

Bagaimana dengan platform social media yang lain?

Begini … kalo boleh di analogikan, mengelola dan memanfaatkan social media itu ibarat memancing ikan. Jika targetnya adalah ikan laut, tentu saja mancingnya harus di laut. Dan jika targetnya adalah ikan air tawar, mancingnya ya di sungai. Jangan dibalik! Buat apa membuang-buang energi untuk memburu ikan yang jelas-jelas tidak berada di habitatnya?

Sekali lagi: kenali targetnya, dimana mereka dan bagaimana karakteristik tempatnya?

***
Dan sebagai sebuah Brand yang “hanya” memanfaatkan social media milik orang lain, kita tidak boleh terpaku pada satu atau dua platform.

Platform itu hanya sebuah media, sementara target market kita adalah manusia penggunanya yang sangat dinamis. Hari ini mungkin mereka masih setia bermain di platform A, tapi bagaimana dengan besok/lusa/tahun depan?

Siapa pula yang bisa menjamin bahwa facebook dan twitter akan terus jadi jawaranya social media?

Ketika ada platform baru yang lebih cocok, lebih menarik, lebih pas dengan personalisasi dan kegunaannya, maka mereka akan dengan mudah untuk berpindah tempat.

Friendster ditinggalkan penggunanya hingga akhirnya collapse karena muncul facebook. Kemudian beberapa persen pengguna facebook mulai tidak aktif dan pindah ke twitter. Beberapa diantaranya sudah mulai meninggalkan twitter karena asyik bermain di platform lainnya seperti instagram atau Path. Dan pola seperti ini akan terus berlanjut karena adanya dinamika perkembangan platform social media dan juga penggunanya.

Hanya dengan terus membuka mata dan pasang telinga, kita bisa memantau dan mengetahui secara pasti perkembangan yang terjadi di social media sehingga bisa memanfaatkan dan mengoptimalkannya untuk keperluan Brand kita.

Salam Online Marketing!

2 Comments

Leave a Reply to Taylor Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *