Dan Wanita Itu … (8)

cerita sebelumnya …

”Ada apa sih? Semuanya jadi berantakkan seperti ini. Kamu susah dihubungi. Kenapa? Kamu sudah gede, Indri. Tuhan kasih kita mulut untuk bicara, kasih kita telinga untuk mendengar. Lalu buat apa itu semua kalau tidak kita gunakan. Jangan hanya diam. Tahu-tahu kamu berubah seperti itu tanpa alasan yang jelas.

Memang aku sayang kamu, atau mungkin aku sudah jatuh cinta sama kamu. Aku memang ngawur, tapi aku masih terlalu waras untuk mengharapkan suatu perpisahan diantara kalian.

Kalau memang ini yang kamu harapkan, mestinya kamu sudah puas. Karena semua sudah berantakan. Terserah kamu, mau begini terus atau memperbaiki huindrin kita. Kamu yang memutuskan .. bukan aku.

Karena aku akan tetap menyayangimu sampai kapanpun”.
Sebuah email kukirimkan kepada wanita itu, sebagai bentuk kebosananku terhadap sesuatu yang tidak jelas, dan penantian terhadap alasan yang tidak pernah diungkapkan.
Mungkin saat ini aku hanya ada dua pilihan. Hubungan kami kembali baik, atau hancur sama sekali. Sebuah pilihan yang sebenarnya sangat sederhana, namun menjadi rumit ketika keputusan harus diambil oleh satu pihak dan yang pasti itu bukan di pihakku. Sementara aku? Hanya punya kesempatan untuk menunggu. Menunggu sesuatu yang aku sendiri tidak tahu kapan semuanya akan menjadi jelas.

Mungkin maksud wanita itu, dengan menjaga jarak denganku akan membantuku melupakan cintaku. Melupakan segalanya tentang dia.

Tapi itu semua teori yang salah. Justru semakin dia menjauh, semakin menggelora perasaan cinta dan sayangku. Aku merasa seperti telah kehilangan sesuatu, yang sebenarnya belum menjadi milikku. Sebuah situasi yang membuatku terduduk lesu tanpa tahu harus bagaimana lagi.

***
”Sudahlah, lupakan dia?”, seorang sahabat karib mencoba menasihatiku
”Gue harap gue bisa, tapi ternyata …”, aku sedikit mengeluh ”Tapi kan dia sudah …”, dia tidak meneruskan kata- katanya.
”Iya … gue tau”, ”Masih banyak cewek cantik di sini”, katanya lagi mencoba menghibur ”Betul … masih banyak cewek cantik dan seksi”, timpalku ”Terus .. apalagi yang kau pikirkan?” ”Gue sedang memikirkan dia”, jawabku tegas. ”Aduuhhhhhh ….”, kata temanku seraya menepuk jidatnya sendiri,”Loe bener-bener kasmaran. Atau jangan-jangan loe kena … ”. ”Tidak … cinta terlalu agung untuk disalahgunakan”, tandasku memotong pembicaraannya. ”Lalu … loe berharap apa dari semua ini?”

”Gak tau deh. Gue juga gak tau mesti berharap apa, dan gue juga tidak tau mesti ngapain dan mesti gimana?”, suaraku agak parau. ”Hmm … ya sudah. Nikmati aja”.

HAH???? Jawaban yang sama dengan yang pernah kudengar sebelumnya. Dinikmati? Dengan cara apa? Apa aku harus berpura-pura menikmati keadaan seperti ini sedangkan sebenarnya aku merasa sedang berdiri di antara dua tebing yang sangat tinggi?

”Udahlah … mendingan loe ikut gue”, ajak temanku
”Kemana?”, tanyaku kurang bersemangat
”Billyard. Daripada loe pusing”.

Sebenarnya aku agak malas, tapi apa boleh buat. Daripada aku bengong sendirian, bukankah lebih baik aku ikut dengannya menikmati malam ini. Meskipun toh itu tidak terlalu banyak membantu.

Aku dan temanku segera meluncur ke arena billyard di kawasan jalan Gatot Soebroto. Sebuah tempat yang sudah tidak asing lagi bagiku.

***
Mungkin Tuhan mendengar doaku dan melihat keseriusanku atas sebuah perasaan yang sebenarnya adalah titipan dari-Nya.

Belum juga mataku terbuka sepenuhnya, kulihat jam di dinding menunjukkan pukul 05.45 pagi. Rasa kantuk masih menyelimutiku karena aku pulang agak larut semalam. Segera aku membersihkan diri dan mengambil air wudhlu untuk bersujud dihadapan Illahi. Pagi ini aku ingin memulai hariku dengan sesuatu yang indah.

Kulihat sebuah SMS telah nongkrong di handphone-ku. ”Lagi bengong yah? Kasian deh loe!”, isi pesannya. Ternyata, semalam wanita itu mengirimiku sebuah pesan yang tidak sempat aku hiraukan karena semalam aku sedang larut dalam permainan billyard.

Tuhan … sebuah awal yang indah untuk memperbaiki sebuah hubungan yang telah berantakan. Aku benar- benar terkejut ketika wanita itu sudah mau lagi berhubungan denganku. Entah siapa yang menyuruh. Mungkin hatinya telah berubah, dan bisa memahami tentang situasi dan keadaan yang sedang terjadi. Atau mungkin sebenarnya dia juga merasa tidak nyaman. Mungkin …..

Tapi yang jelas, Tuhan berada di balik semua ini.

***
Cinta itu bukan karya seni
yang bisa ditorehkan di kanvas
atau dipahatkan pada kayu dan batu

Cinta itu bukan bentuk
yang bisa dilihat
atau didengarkan

Cinta itu adalah jiwa
Hasil perkawinan silang
Antara hati, perasaan dan logika

Cinta itu adalah hati
dan sesuatu yang berasal dari hati
pasti ditujukan ke hati juga

bersambung …

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *