Buzzer

Di era digital marketing seperti saat ini, peran Buzzer cukup penting. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah sebagai “corong” komunikasi sehingga kampanye yang sedang kita lakukan cepat menyebar ke kalayak umum.

Efektifkah mereka? Ya, tentu saja.

Tapi pertanyaan berikutnya adalah seberapa efektif? Jika pertanyaan itu ditujukan ke saya, dengan tegas saya akan menjawab bahwa efektif atau tidaknya peran seorang Buzzer itu tergantung dari obyektifnya.

Disadari atau tidak, seringkali sebagian praktisi digital marketing terjebak hanya pada jumlah follower atau fans dari seorang Buzzer. Ya memang itu sah-sah saja jika angka yang jadi patokannya.

Tapi apakah jumlah follower/fans yang sekian ratus ribu menjadi jaminan bahwa hal itu akan memberikan efek yang optimal? Belum tentu. Jika obyektifnya hanya sekedar awareness, itu bisa dipastikan prosentase keberhasilannya sangat besar. Lalu jika obyektifnya lebih dari itu? Nanti dulu.

Jika obyektifnya adalah “call to action”, pemilihan seorang Buzzer harus sangat selektif.

Jumlah follower memang sebagai salah satu faktor penting, tapi itu bukan yang utama. Yang paling penting untuk dicermati adalah:

– Segmentasi, hal ini perlu jadi perhatian utama karena disinilah kunci sukses atau tidaknya menyentuh target market yang diinginkan. Misalnya saja targetnya adalah usia 15-20, maka rasanya tidak tepat jika memilih buzzer berusia 40 tahun.

– Tingkat kedekatan/keterlibatan dengan follower-nya (engagement), hal ini bisa dilihat menggunakan tools gratisan yang banyak tersedia di internet, misalnya klout.com, socialbro, dan lain-lain yang bisa dicari di google.com. Semakin dekat seseorang dengan follower-nya, semakin besar efek positif yang akan dihasilkan.

Bila kedua poin diatas sudah terpenuhi, barulah bisa memasukkan jumlah follower sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan menentukan seorang buzzer.

Let’s do digital

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *