Tepian Tanpa Batas
|Di usianya yang senja, nenek ini masih harus begadang hingga dini hari untuk menjual barang dagangan di lapaknya yang mungil. Tangan-tangan keriputnya masih cukup perkasa untuk mempompa lampu petromaknya yang juga sudah mulai usang. Demi menghidupi diri dan keluarganya usahanya tak pernah terhenti di tengah jalan, ibarat sebuah tepian tanpa batas.
Jogja, Januari 2003 pukul 00.30 dini hari. Ya, foto ini cukup lama tersimpan di hard disk saya dan baru kali ini bisa menuangkannya dalam sebuah coretan. Kekaguman saya tak pernah sirna ketika memandangi foto ini. Bukan kekaguman atas “nasibnya yang kurang beruntung”, melainkan kekaguman saya atas gigihnya perjuangan seorang wanita (nenek) demi hidup dan kehidupan.
Lalu sejenak, pikiran saya menerawang lebih jauh lagi ketika saya teringat sosok Ibu saya. Meskipun nasib ibu saya jauh lebih baik dari si nenek penjual rokok itu (ibu saya pensiunan guru), tapi saya yakin bahwa Ibu saya juga seorang perempuanĀ yang tangguh. Berjuang demi hidup dan kehidupan kami, anak-anaknya. Sama tangguhnya dengan si nenek ini.
bersambung
I wish to show my appreciation to this writer for bailing me out of such a difficulty. Right after researching throughout the internet and seeing tips which were not productive, I thought my entire life was done. Being alive without the approaches to the issues you have sorted out by means of your main blog post is a critical case, and the kind that could have in a negative way damaged my career if I hadn’t noticed your site. Your primary understanding and kindness in dealing with all the details was useful. I’m not sure what I would’ve done if I had not come upon such a subject like this. I am able to now relish my future. Thanks very much for your skilled and amazing guide. I won’t think twice to refer your blog post to any individual who will need guide on this issue.