Tanggal 21 Maret 2006, seorang pemuda bernama Jack Dorsey kelahiran St. Louis, Missouri pada 19 November 1976 mulai berpikir bagaimana agar ia dapat membuat sebuah perangkat lunak atau sebuah website yang dapat digunakan untuk berbagi status atau bercakap-cakap singkat seperti layaknya menulis status di status layanan Instant Messenger AOL yang saat itu sangat popular.
Evan Williams, seorang mantan eksekutif Google, adalah orang yang berjasa dalam mewujudkan ide dan pemikiran Jack dengan menyediakan dana investasi.
Dan ternyata, hasil pemikiran dari seorang Jack Dorsey tersebut “hanya” butuh waktu tak lebih dari 6 tahun untuk mendatangkan pengguna lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia.
Itulah sekilas sejarah tentang kelahiran Twitter, sebuah situs microblogging yang berkembang begitu pesat dan paling populer saat ini.
Twitter yang bisa diakses dari perangkat apapun dengan mudah, tanpa batasan OS (operating system) dan aplikasi, membuatnya cepat populer dibanding social media yang lain.
Konsep microblogging, yang membatasi panjang tulisan hanya 140 karakter ternyata justru membuat penggunanya semakin kecanduan. Pengguna bisa sesering mungkin men-tweet tanpa harus direpotkan dengan kewajiban untuk membuat kalimat yang panjang.
Twitter yang pada awalnya hanya digunakan oleh perorangan, dalam 2 atau 3 tahun terakhir mulai dilirik dan digunakan sebagian besar korporat untuk melakukan banyak aktifitas. Mulai dari promosi hingga pelayanan pelanggan.
Bahkan, semua provider telekomunikasi di Indonesia berlomba-lomba menawarkan promo akses social media, termasuk twitter, di dalam setiap campaign-nya.
Dengan jumlah pengguna twitter di Indonesia mencapai lebih dari 5 juta orang, tentunya menjadi “ladang” yang menjanjikan bagi operator untuk menjaring subscriber sebanyak mungkin.
Dengan angka 5 juta pengguna, menjadikan Indonesia sebagai negara ketiga dengan jumlah pengguna twitter terbanyak di Indonesia setelah Amerika dan Brazil.
**follow my world @darudoank