Dan Wanita itu … (1)


Diilhami sebuah cerpen berjudul
“Dan Wanita itu …”
dan diangkat dari sebuah catatan harian tentang seorang wanita yang telah mampu membangkitkan sebuah perasaan cinta pada pandangan pertama


Sebuah Awal

Waktu telah beranjak petang. Suara adzan Maghrib yang mulai terdengar menandakan bahwa sudah tiba saatnya ada perubahan. Mentari yang dari pagi bersinar dengan gagahnya harus segera bergegas menuju peraduannya untuk berganti dengan lembutnya rembulan.

Sementara petang itu, aku masih terjebak dengan sebuah aktifitas yang sebenarnya bukan merupakan rutinitasku. Sebuah aktifitas yang menuntut aku untuk berdiri beberapa lama, dengan mulut yang sudah mulai terasa kering karena harus banyak bicara.

Sudah hampir seminggu ini, perusahaan tempatku bekerja mengadakan pameran sebuah produk yang baru saja diluncurkan di sebuah mall di bilangan Jakarta timur. Dan seperti pada pameran-pameran yang pernah diadakan sebelumnya, beberapa orang dari perusahaan mendapat tugas secara bergantian untuk mendampingi SPG-SPG sebagai juru penerangan atau jurpen. Semenjak siang, entah sudah berapa orang pengunjung yang harus aku layani.

Jenuh? Tentu saja. Karena selain kelelahan yang mulai menjalar, kadang aku harus menjelaskan sesuatu yang sama berulang-ulang. Tapi apa mau dikata, duty is duty.
Baru saja aku bisa menarik nafas untuk sekedar melemaskan otot-otot rahangku setelah hampir seharian harus mengoceh, seseorang sudah memanggil lagi dari belakangku.

”Mas”, sapanya
”Waduh, lumayan kering juga nih gigi. Selesai yang satu, sudah datang lagi pasien berikutnya”, keluhku dalam hati. Padahal aku benar-benar merasa lelah dan ingin sekali untuk beristirahat. Tapi akan sangat tidak sopan jika aku tidak mempedulikannya. Dengan pasang tampang ramah meskipun dengan setengah terpaksa, aku segera menoleh kebelakang. Kulihat seorang wanita muda berparas lumayan cantik, berkulit kuning langsat dan langsing serta mengenakan jilbab berwarna oranye sedang berdiri tepat dibelakangku.

Aku segera membalikkan badan.
”Ada yang bisa dibantu, mBak?”, tanyaku.
Dia tersenyum.
”Ada yang bisa dibantu, mBak?”, aku mengulangi pertanyaanku.

Wanita itu kembali tersenyum. Dan bukannya jawaban atas pertanyaanku yang dia berikan, wanita itu malah mengulurkan tangannya.

Sesaat aku terdiam. ”Aneh”, pikirku. Dia memanggilku tapi tidak menggubris pertanyaanku. Atau jangan-jangan aku pernah mengenal atau pernah bertemu dia sebelumnya? Bodo! Daripada menyita waktuku untuk berpikir, kusambut saja uluran tangannya. Toh nggak ada ruginya.

”Indri”, dia mengucapkan sebuah nama
Indri? Hmm … selama ini aku tidak pernah kenal dengan seseorang yang bernama Indri. Saat inilah untuk pertama kalinya aku bertemu dengan wanita yang bernama Indri. Lalu, untuk apa dia memanggilku?
“Daru”, balasku.
”Dari bagian apa mas?”, tanyanya

Aku hanya memandanginya. Buat apa dia menanyakan aku kerja di bagian apa? Memangnya dia siapa? Apa tidak ada pertanyaan yang lain? Maunya apa?

”Kita kan satu perusahaan, mas”, ujarnya seolah dia mengetahui kebingunganku.
”Ooo …”, sahutku ”Kok Ooo. Mas dari bagian apa?”, tanyanya lagi ”Dari pengembangan produk. Emang kenapa?” ”Nggak apa-apa sih. Cuma kok gak pernah
ketemu ya, Mas? Padahal saya kenal beberapa orang yang di pengembangan produk juga”, sahutnya sambil menyebutkan beberapa nama teman kerjaku.
”Saya sih gak pernah keluar dari ruangan”, ucapku sekenanya.
”Kamu dimana?”, aku balik bertanya.
”Saya di galeri, mas”, jawabnya seraya menyebutkan salah satu lokasi galeri perusahaan yang ada di Jakarta Selatan. Perusahaan tempatku bekerja memang memiliki beberapa galeri untuk layanan pelanggan.
”Ooo …” ”Kok sekarang disini? Ikutan jaga?”
”Enggak, saya tadi dari galeri. Iseng aja mampir kesini”, jelasnya, ”Ini juga baru datang kok, Mas”. ”Mas … mas, bisa bantu saya?”

Aku segera berpaling ke arah suara yang ternyata berasal dari seorang pengunjung.
”Bentar ya”, kataku pada wanita yang baru saja kukenal itu.
”Ok”, sahutnya singkat.
Aku harus kembali aktifitasku sore itu. Aktifitas yang seolah tidak ada hentinya.
Sudah lebih dari 3 jam aku harus berdiri untuk melayani para pengunjung yang sore itu cukup membludak. Stamina yang mulai menurun, belum lagi ditambah kerumunan dan lalu lalang orang yang seakan tidak ada habisnya, membuat kelelahan semakin mesra menggerogoti tubuhku.

”Vin … sini, Vin!” Orang yang kupanggil segera menuju ke arahku.
”Kamu nggak istirahat?”, tanyaku.
”Baru aja selesai istirahat”
”Udah makan?”
”Udah, Mas”, sahutnya,”Kenapa?”
”Kalau udah, tolong gantiin saya sebentar ya? Capek”, pintaku
”Ok, mas”, jawab Vina, seorang SPG yang tinggi langsing dan berkulit sawo matang serta berparas ayu dengan rambut hitam, lurus dan panjang sepunggung itu sambil tersenyum.
”Mas mau kemana,?”, sambungnya lagi
”Istirahat dong. Mulutku sudah kram”, jawabku sambil ngeloyor pergi. ”Mumpung ada kesempatan istirahat”, pikirku.

Aku segera melangkah agak menjauh dari booth pameran. Lega rasanya, sedikit melepaskan kepenatan yang tertahan. Kukeluarkan sebungkus rokok putih dan segera kuambil sebatang. Puffhhh … ngerokok saja sampai nggak sempat.

Belum juga aku sempat menyalakan sebatang rokok yang sudah menancap di mulutku, tiba-tiba mataku menangkap satu sosok manusia yang telah aku lihat sebelumnya.
”Wanita itu …”, pikirku dengan kedua mataku terus memperhatikannya.

Aneh, kenapa aku merasakan sesuatu ketika memandangnya? Ada sesuatu yang lain terpancar dari wajahnya. Sesuatu yang membuat aku sempat tertegun beberapa saat. Sesuatu yang membuat tatapanku enggan beranjak darinya. Sesuatu yang belum pernah kujumpai selama ini. Sesuatu yang aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya.

Cukup lama aku memandangi wanita itu dari jauh. Pikiranku benar-benar tertuju padanya, sampai- sampai aku tidak sempat menyulut rokok yang dari tadi sudah menempel dibibirku.
”Merokok apa bengong?”, tanya seseorang seraya menepuk pundakku dari belakang.
”Eh Tania, kaget gue”, jawabku gelagapan. Tepukan tadi telah menghentikan tarian syaraf mataku yang sedang menikmati keindahan makhluk Tuhan yang bernama wanita.
”Ngelamunin apa, sih?”, tanyanya

bersambung …

2 Comments

Leave a Reply to Nusantara Widyandaru Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *